Seberapa besar kita punya kendali atas hidup kita?

Seberapa besar kita punya kendali atas hidup kita? ➖ Secara logika, saya berpikir bahwa jawaban pertanyaan di atas adalah SEPENUHNYA. Ya, karena kita lah yang seharusnya menentukan mau dibawa kemana hidup kita. Kita lah yang memutuskan bagaimana jalan keluar persoalan yang tengah dihadapi. Kita lah yang mustinya membahagiakan diri sendiri. Meskipun semua ditentukan pula oleh takdirNya.

Tapi ini tidak mudah. Khususnya buat saya pribadi. Mungkin karena saya mengalami permasalah emosional yang tak pernah tuntas. Mungkin terdapat luka batin yang masih meradang jauh di dalam lubuk hati saya. Mungkin belum pulih sepenuhnya. Yang pasti, bagi saya sangat sulit mengendalikan kehidupan saya. Banyak faktor yang memengaruhi pengambilan keputusan keseharian saya.

Baca juga: Penyebab gangguan mental

Namun bukan berarti saya menyerah. Dengan usaha yang mungkin lebih di atas orang kebanyakan, saya tetap berusaha punya kendali sebesar-besarnya atas hidup saya.

Victim Mentality

Saya menemukan pembahasan mengenai victim mentality ini di satupersen.net. Cukup mencerahkankan membacanya.

Intinya, pola pikir ini berakar pada trauma, kesusahan, dan rasa sakit hampir sepanjang waktu. Biasanya hal ini terjadi ketika lo mengalami situasi traumatis yang biasanya berasal dari orang lain. Akhirnya, mungkin lo jadi berpikir bahwa lo gak berdaya dan gak ada yang lo dapat lakukan buat mengubah masa depan lo.

Sudah tergambar bukan, bagaimana orang yang mengalami victim mentality dalam mengendalikan kehidupannya?

Saya ambil jeda sejenak. Berpikir, apakah saya termasuk orang yang mengalami hal ini? Kemudian saya menemukan, tidak setiap saat saya di bawah tekanan. Banyak waktu, ketika perlu memutuskan suatu hal untuk kehidupan saya, saya punya kendali penuh.

Bagaimana dengan kalian? Apakah juga mengalami victim mentality? Jika iya, mari lanjutkan membaca curhatan saya ini. Kita bahas sama-sama perasaan kita 😁.

Saya Punya Kendali Sepenuhnya atas Kehidupan saya

Setidaknya kesadaran penuh atas makna sebaris kalimat di atas terpatri di dalam hati. Sehingga ketika kita terpuruk dan merasa kalah, bisa kembali menyadarkan diri dan tidak berlarut-larut.

Saya harus memutuskan hal berat yang berpengaruh bagi kebahagiaan saya. Saya harus memutuskan dan saya yakin bisa menentukan pilihan yang tepat. Pemikiran yang wajib hadir di kepala, seberat apapun permasalahan.

Saya Harus Bahagia

Siapa lagi yang akan memberikan diri kita kebahagian kecuali diri kita sendiri? Cobalah menciptakan kebahagian, sekecil apapun itu khusus untuk mengapresiasi diri sendiri. Seperti yang saya lakukan kemarin: makan mie dicampur sayur-sayuran. Hari ini, saya membuat es teh melati dengan roti tawar selai cokelat.

Begitu saja. Cukup menikmati semuanya sendirian tanpa bagi-bagi. Anak-anak pindah rumah dulu ke tempat bibinya 😅.

Lalu setelahnya, energi positif lahir dengan sendirinya. Menguatkan pemikiran diri sendiri dan memberi kelegaan pada otak dan cara pandang kita terhadap persoalan hidup.

Saya Butuh Teman

Tidak perlu memungkiri hal satu ini. Karena manusia butuh sosialisasi. Butuh berhubungan dengan orang lain. Setertutup apapun diri kita.

Kemarin saya baru saja curhat habis-habisan kepada seorang teman dekat saya. Dia yang biasanya membalas whatsapp dengan kalimat pendek dan seadanya, kemarin mengetik begitu panjang. Dia bilang ketikannya sudah sepanjang kuliah 3 sks 🤣.

Dan apa yang saya dapatkan luar biasa! Saya menangis membaca pesannya tersebut. Kemudia dia membuat saya tertawa dengan chat selanjutnya. Sungguh terlalu! Pandai sekali dia mengalihkan dan menenangkan emosi saya yang kalut.

Yang saya dapatkan adalah kekuatan besar! Refresh pikiran dan berdampak pada ketenangan saya hari ini. Sangat tenang dan santai.

Cobalah cari teman yang saleh. Yang amanah dan baik luar dalam 😅. Dengan begitu, rahasiamu, aibmu akan terjaga. In sha Allah, Allah akan memberikannya.

Saya yang akan Menjalani Kehidupan Saya, maka Saya berhak Memutuskan

Kadang kita ditekan oleh lingkungan atau orang-orang di sekitar kita. Sehingga keputusan kita menggantung, atau malah tidak sesuai dengan keinginan hati sendiri. Padahal semua berimbas pada perjalanan hidup kita nantinya.

Rasa sesal, rasa tidak nyaman akan hadir dalam banyak kesempatan. Jika kita tidak punya kuasa dalam kendali hidup kita, maka semua akan terasa berat. Karena pokok pangkalnya adalah keterpaksaan.

Jadi, mari sama-sama kita awali dengan kesadaran bahwa kita punya kendali sepenuhnya terhadap hidup kita. Awali dengan keteguhan hati dan jangan lupakan doa.

Senjata seorang muslim adalah doa.



Komentar