Kesempatan Kedua adalah Taubat

Kesempatan kedua
Apakah Kamu Percaya dengan Kesempatan Kedua?

Sebuah pertanyaan yang menyentil hati. Tentu saja saya percaya dengan kesempatan kedua. Tuhan saja memberikan kesempatan untuk manusia bertaubat, bukan?

Kesempatan kedua bisa jadi sebagai penebusan kesalahan lampau. Dengan melakukan perbaikan atas apa yang terjadi akibat perbuatan diri di masa lalu. Tentu menjadi hal yang amat menggembirakan, jika ada kesempatan seperti ini. Meskipun mungkin tidak sepenuhnya dapat memperbaiki keadaan.

Kadang kita tidak menyadari kesempatan kedua yang diberikan Tuhan. Berkali jatuh dan kembali melakukan kesalahan yang sama. Manusiawi sekali. Ibaratnya tidak belajar dari kesalahan yang pernah dilakukan, dan malah mengulang lagi dan menyesal lagi.

Teman yang Selingkuh

Dulu teman saya pernah mencurahkan isi hatinya kepada saya. Dia bercerita jika dia saat itu tengah mendua. Dia jatuh cinta pada wanita lain dan sangat sulit baginya mengendalikan perasaan itu. Sementara di sisi lain, dia mengakui bahwa dia juga mencintai istri dan anak-anaknya.

Saya sulit mengapresiasikan perasaan saya saat itu. Kesal iya, tapi tak dapat melakukan banyak hal. Tubuh saya gemetar. Barangkali juga menahan separuh emosi, mengingat istrinya yang tak punya kekurangan di mata saya.

Saya katakan padanya, sebelum terlambat mohon pikirkan dengan benar. Jangan mengikuti perasaan sesaat yang jelas dipenuhi rayuan syetan, lalu menghancurkan rumah tangga sendiri.

Saya katakan betapa perjuangan istrinya luar biasa selama mendampinginya. Mungkin teman saya ini tidak menyadari itu. Hanya saja, di sini saya ingin menceritakan pula padanya: Saat saya menyambangi rumahmu, tetangga depan rumahmu bercerita:

"Istrinya hebat sekali, pagi-pagi pergi mengajar dan mengantar ketiga anaknya sekaligus. Dengan satu motor berboncengan."

Baca juga: Privilege dalam Hidup

Kamu tahu, air mata saya hampir menetes mendengar tetanggamu itu cerita. Dia memuji berkali-kali betapa kuatnya perempuan yang telah mendampingi dan melahirkan anak-anakmu itu.

Saya percaya dengan kesempatan kedua. Oleh karenanya saya mendoakan Allah SWT membukakan pintu hatimu untuk kembali menempatkan hati dalam keluargamu, kawan.

Dan saya bersyukur, hingga kini kalian masih bersama dan baik-baik saja. Samawa ya, saya doakan selalu.

Kesempatan Kedua untuk Hidup

Masa kecil dulu, tepatnya kelas 3 SD, saya pernah ditabrak mobil. Sempat terseret beberapa meter, beruntung tidak tergilas roda dan bersyukur saya masih hidup hingga saat ini.

Tapi bukan itu yang saya sebut kesempatan kedua untuk hidup. Dalam banyak waktu, sejak SMP saya merasa hambar menjalani kehidupan ini. Mental saya sangat buruk. Selalu menyalahkan diri sendiri dan tak punya semangat yang benar.

Sampai pada saat ibu saya memeluk saya penuh kasih. Ayah yang terdiam dengan wajah sayu selepas saya mengamuk menyalahkan diri saya. Hari yang menjadi titik balik saya untuk berubah. Kesempatan kedua yang diberi Tuhan untuk menjadi anak yang membahagiakan kedua orang tua.

Mengapa saya begitu lemah dan berlarut-larut dengan menganggap diri saya salah sepanjang waktu? Sementara kedua orang tua saya begitu menyayangi dan terus mendukung saya dalam banyak hal. Demikian pemikiran saya saat itu.

Jika Kesempatan Kedua Datang

Kesempatan kedua selalu ada, saya percaya itu. Semoga saja, ketika ia datang, hati dan tubuh kita siap menyadari dan menerimanya dengan baik dan benar. Sebab ibaratnya hidayah, kapan saja bisa hilang jika Tuhan menghendaki.

Apa dan bagaimana bentuknya, semoga hati kita bisa segera menyadari dan tak menyia-nyiakan kesempatan kedua yang tiba.

Sebab kesempatan kedua adalah taubat.

Pastinya, Tuhan maha pengampun. Kalaupun tak bisa menebus kesalahan pada orang yang sama. Mungkin melakukan banyak kebaikan kepada orang lain, bisa menjadi amal ibadah yang menghapuskan dosa-dosa lalu. Wallahu'alam.

Komentar