Tips Praktis Menulis Novel untuk Pemula

Tips menulis novel

Menulis novel memang bukan hal yang mudah. Namun tidak berarti tidak bisa membuatnya. Hanya saja, ada hal yang harus diperhatikan dalam melakukannya. Berikut saya coba menuliskan tips praktis menulis novel bagi pemula.


Sebenarnya saya bukan penulis novel yang sudah bernama. Novel solo pun belum punya. Hanya pernah menuntaskan cerita panjang yang saya jadikan satu ebook lebih dari 100 halaman. Sebuah novelet duet bareng suami, dibukukan oleh penerbit GuePedia. Baru itu. Tapi, tips yang akan saya bagikan ini, semoga bisa membantu untuk yang belum pernah dan kesulitan menulis novel.


Saya menuliskannya, berdasarkan pengalaman saat menuntaskan novel Cinta Adara dan Novelet Kembang Yung.


1. Jika ingin atau akan menulis sebuah novel, kamu ingin menceritakan tentang siapa?

Contoh: saya ingin menceritakan tentang seorang anak yang membantu ibunya berjualan sayur. Dia gigih dan konsisten. Berteriak sedemikian rupa sepanjang jalan, untuk memasarkan dagangan ibunya.


Mengapa dia membantu? Karena ibunya bisu. Sementara ayahnya pergi meninggalkan sang ibu setelah menikahinya secara terpaksa.


Simple-nya, ini adalah tema novel yang akan saya tulis. Akan lebih jelas dan terarah kalau di dalam pikiran sudah terangkai seperti ini. Sekarang, coba kamu juga menuliskan satu paragraf—boleh lebih—tentang apa kisah yang ingin kamu buat.


2. Di mana tempat tinggal atau kisah ini terjadi?

Contohnya, saya mengambil setting di kota Palembang. Tepatnya di komplek tempat saya tinggal. Komplek rumah susun sewa.

Tips khusus untuk tempat kejadian ini, ada baiknya mengambil tempat yang detailnya kita kenal. Seperti lingkungan sekitar atau tempat yang pernah kita kunjungi. Dengan begitu, kita tidak akan merasa kesulitan menggambarkan suasananya, dan memperkecil kemungkinan terjadinya ‘keanehan’ dalam menjelaskan keadaan tempat.


3. Sebutkan nama tokoh dan jelaskan sifat masing-masing?!

Contoh:

Supri, tokoh utama. Baik hati, ramah, penurut dan sayang pada ibunya (mirip Joni teman SMP).

Ibu, Rohana. Lembut, penyabar, taat beribadah (mirip Bik Tina, pembantu saya).

Ayah, Wahyu, baik hati, kaya, tapi keras kepala (mirip paman Bimo, paman saya).


Tips nih, saya lebih suka mengaitkan dan membayangkan tokoh cerita saya dengan orang yang saya kenal. Ini juga bisa kamu lakukan ya. Dengan begitu, akan lebih mudah ‘menghidupkan’ tokoh cerita kita. Walaupun bisa saja di saat menulis, sifat tokoh berubah. Ya itu tadi, disesuaikan dengan kebutuhan.


4. Ceritanya pakai sudut pandang apa? Sebagai AKU si tokoh utama atau AKU si pengamat, atau orang ketiga yang serba tahu?

Contoh AKU si tokoh utama, Supri:

Pagi ini, kubuka mata yang masih berat. Memaksanya untuk tegas melebar, supaya dapat menatap jelas langit-langit kamar. Aku harus bangun dan bersiap membantu ibu berdagang. 


Contoh AKU si pengamat, misal namanya Deris:

Sayur... sayur... Ikan... Ayam.... Lagi-lagi suara anak itu mampir di telingaku. Sudah beberapa hari ini aku mendengarnya. Entah mengapa, aku jadi penasaran. Semacam ada perasaan kagum pada keberaniannya berteriak, berjualan seperti itu. Tak mudah melawan rasa malu, apa lagi untuk usia dirinya.


Contoh orang ketiga yang serba tahu:

Supri masih terlihat mengantuk. Ia mengusap kedua matanya berulang kali. Berharap kesadaran sepenuhnya menguasai diri. Memang masih sangat pagi. Azan subuh baru saja berkumandang. Tapi Supri selalu ingat, ibu tercinta membutuhkan dirinya hari ini.


Bisa membedakan ya? Jadi kamu bisa memilih menulis dengan sudut pandang yang mana. Pastinya, dari awal sampai akhir, sudut pandang ini jangan berubah. Kecuali kalau sistem berceritanya menggunakan point of view yang terbagi-bagi. Nah, pada cerita Supri ini, saya memilih bercerita sebagai AKU si pengamat.


5. Tuliskan bagaimana jalan ceritanya!

Buat saya, poin nomor empat ini, letak kunci novel yang akan saya tulis. Pada bagian ini, saya akan membuat secara rinci, bahkan membagi cerita saya ke dalam beberapa bab. Bagian ini juga bisa direvisi berulang kali sesuai dengan kebutuhan dan kelogisan.


Contoh:

a. Adegan dibuka dengan rasa penasaran mendengar suara Supri

b. Hari ketiga bertanya pada Supri, dan membeli dagangan ibunya.

c. Akhirnya jadi langganan.

d. Suatu hari, Supri bercerita tentang ayahnya (menikahi ibunya karena terpaksa karena kalah taruhan dan melakukan tindakan asusila, lalu pergi karena merasa malu, dst.) Si AKU merasa iba.

e. Supri menunjukkan foto ayahnya.

f. Si AKU terkejut, karena ayah Supri adalah Kakak kandungnya, dan seterusnya, dan seterusnya.


Bagian ini adalah saat yang tepat mengembangkan imajinasi kamu. Terus saja tuliskan apa yang akan terjadi selanjutnya. Secara alami, akan lahir plot yang unik. Kadang kita sendiri tak percaya:

Lho, aku bisa nulis kaya gini?

Bahkan kamu bisa mendramatisir jalan ceritanya agar lebih mengharu biru atau makin membuat pembaca penasaran.


Di sini juga, kamu bisa tambal sulam alur cerita novel kamu. Disesuaikan dengan kelogisan ya. Jangan lupa untuk menyelipkan hikmah di dalam karanganmu. Karena walau sedikit, kebaikan pasti akan kembali pada diri kita.


Oh iya, biasakan konsisten menulis setiap hari. Misalnya, pada poin empat, hari pertama wajib tuntaskan bagian a, dengan minimal 1000 kata. Besoknya bagian b, 1000 kata. Begitu terus, targetkan minimalnya. Yakin deh, novel kamu pasti cepat selesai.


Demikian Tips Praktis Menulis Novel untuk Pemula, kamu juga bisa menemukan 8 Perbedaan Cerpen dan Novel di blog renovrainbow. So, jangan tunda lagi. Jangan merasa tidak bisa menulis novel. Coba kamu praktikkan tips di atas. Semoga berhasil ya. Btw, kalau mau baca Cinta Adara, saya akan update ceritanya versi ebook di blog ini lho ☺



Komentar

  1. Detail juga ya kak, untuk menulis novel, sekarang ini masih belajar menulis semoga
    rezekinya bisa sampai menulis novel, Aamiin

    BalasHapus
  2. Nah iya kak, aku pernah ketemu sama editor dan dia bilang. Sampai ada penulis terkenal yang bikin character bible. Maksudnya satu bagian yang isinya penggambaran karakternya kaya gimana. Sampe warna matanya sama kebiasaannya pun ada. Keren banget ya bisa sedetil ini

    BalasHapus
  3. Keren ulasannya mbak. Ini jadi semacam masing ya mbak. Mantap mbak sudah punya novelet bareng suami. Sukses terus ya..

    BalasHapus
  4. Saya pengen banget bisa menulis novel, tapi menulis cerita pendek aja enggak pernah tamat, kak. Di pertengahan atau kadang di 2/3 saya mulai tidak menyukai ceritanya. Saya pun kembali memulai dengan cerita baru dan terus begitu saja terulang.
    Nanti saya coba tips mengurai adegannya deh seperti yang kakak sarankan.

    BalasHapus
  5. Aku tuh paling suka baca Novel tapi kalau nulis Novel hmmm harus mikir 1000 kali hihi..tapi setelah membaca uraian mba Deris boleh juga ya dicoba ..sepertinya asyik kalau kita bisa mengkreasikan alur cerita sendiri hehehe

    BalasHapus
  6. Aku belum percaya diri menulis novel.nih mbak. Entah kenapa sulit utk berimajinasi ketika menulis fiksi.

    BalasHapus
  7. Benar bangetttttt, dulu mungkin 5 tahun lalu ada yang buat setting tentang Japan tetapi dia belum pernah ke sana dan alhasil tuh setting lokasi atau tempat jadi ngawur bangetttttt... Memang menulis novel itu imaginasi tetapi kalau soal setting tempat jangan sampai kacau

    BalasHapus
  8. Infonya bermanfaat banget buatku yg masih belajar buat nulis novel, soalnya kuudah lama pengen bisa nulis novel tapi blm bisa2.

    BalasHapus
  9. Dulu pernah nulis novel buat diri sendiri aja kak. Hihihi pas zaman kuliahan. Ngerjainnya ngalir aja gitu. Sekarang udah gak lagi. Sering nulis mini seri aja. Tapi cuma di timeline.

    BalasHapus
  10. Kak Deris trims ya sudah dikasih tahu tips nya dalam menulis sebuah novel... Yeay jadi semangat menyelesaikan draft

    BalasHapus

Posting Komentar

Silakan berkomentar dengan baik dan bijak. Terima kasih sudah mampir dan meninggalkan jejak 🤗