Wajib Rapid Test: Calon Pasien Rawat Inap Ragu

Rapid test


Pandemi Covid 19 membuat banyak perubahan dalam hidup. Disebut sebagai kehidupan New normal, protokol kesehatan harus dilakukan sesuai standar yang telah ditentukan dalam keseharian. Memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak dan menghindari kerumunan merupakan kewajiban pokok masa kini. Satu lagi yang menjadi tren masa pandemi, yakni Wajib Rapid Test bagi Calon Pasien Rawat Inap di Rumah Sakit.


Bermula dari terpaksa membawa putri bungsu saya ke Puskesmas, karena mengalami demam tinggi selama tiga hari, kemudian dirujuk ke Rumah Sakit terdekat. Sayangnya hari sabtu, dr. Anak tidak ada di Rumah Sakit tersebut. Akhirnya batal berobat.


Bingung. Karena tak ada obat yang diberikan untuk sekadar menunggu senin. Berbekal konsultasi ke dr. Umum yang bertugas di UGD RS tersebut, saya memutuskan untuk membeli obat penurun panas.


Tidak membaik. Minggu pagi kami menyambangi Rumah Sakit lain di luar rujukan. Langsung ke UGD. Alhamdulillah langsung disambut baik. Diperiksa dan diputuskan untuk rawat inap. Di sini rasa bimbang saya muncul.


Setiap calon pasien rawat inap, harus melakukan tes Rapid antibodi. Jika hasilnya positif, maka pasien harus melakukan tes Swab dan wajib dirawat di ruang khusus isolasi. Tidak boleh dibesuk, tidak boleh ditemui. Sampai hasil tes Swab keluar dan dinyatakan negatif.


Pada kasus saya, karena putri saya baru 10 bulan 20 hari dan masih ASI, maka yang akan diisolasi, seandainya hasil tes Rapid positif, adalah saya dan putri saya.


Saya siap menerima konsekuensi ini. Pertimbangan saya, yang penting putri saya mendapat penanganan dan segera dirawat. Selain itu, ada saya yang akan merawatnya. Namun, tidak demikian dengan suami. Beliau tidak sanggup. Menurutnya hasil tes Rapid tidak selalu akurat. Beberapa kasus, tetap harus tes Swab.


Saya tak mungkin bersitegang dengan suami di sana. Akhirnya kami pulang. Terus terang saya merasa kesal. Bagaimana saya melewati satu malam lagi dengan kondisinya yang makin lemah dan panas mencapai 39°C?!


Tapi saya juga berusaha memaklumi keraguan suami. Saya pun belum tentu sanggup jika 24 jam harus menjaga si kecil, tanpa bantuan suami. Karena penasaran, saya mencoba mencari informasi tentang tes Rapid ini. Penasaran, mengapa suami begitu keberatan untuk melakukannya.


Berikut kutipan penjelasan mengenai tes Rapid. Bersumber dari aladokter.com/29/9/20:


Rapid test yang banyak beredar saat ini adalah metode untuk mendeteksi antibodi, yaitu IgM dan IgG, yang diproduksi oleh tubuh untuk melawan virus Corona. Antibodi ini akan dibentuk oleh tubuh bila ada paparan virus Corona.


Dengan kata lain, bila antibodi ini terdeteksi di dalam tubuh seseorang, artinya tubuh orang tersebut pernah terpapar atau dimasuki oleh virus Corona. Namun, perlu Anda ketahui, pembentukan antibodi ini memerlukan waktu, bahkan bisa sampai beberapa minggu.


Hal inilah yang menyebabkan keakuratan dari rapid test antibodi ini sangat rendah. Bahkan dalam sebuah pengamatan, disimpulkan bahwa keakuratan rapid test dalam mendeteksi antibodi terhadap SARS-CoV-2 hanya 18%.


Artinya, jika 100 orang mendapatkan hasil negatif dari rapid test, hanya 18 orang yang benar-benar tidak terinfeksi virus ini. Sementara itu, 92 orang lainnya sebenarnya telah terinfeksi, tapi tidak terdeteksi dengan alat ini.


WHO secara tegas tidak menyarankan rapid test antibodi sebagai sarana untuk mendiagnosis COVID-19. Meski begitu, WHO tetap memperbolehkan penggunaan tes ini untuk penelitian atau pemeriksaan etimologi.


Terjawab sudah. Mengapa hasil tesnya bisa saja tidak akurat. Tapi mau bagaimana lagi, jika calon pasien rawat inap, diwajibkan Rapid Test sebagai syarat tindak lanjut perawatan. Setidaknya sebagai langkah pencegahan penularan Covid-19. Bagaimana menurut kalian? 


*Kisah Rapid Test ini akan saya lanjutkan di postingan berikutnya: Wajib Rapid Test: Untuk Kebaikan Bersama


Artikel serupa:

Layanan Rapid Test dan Vaksinasi di Rumah dari Aido Health

5 Langkah Cegah Alergi Si Kecil di Rumah

Lanjut ASI atau Tidak? Berikut Hal yang Patut Ibu Ketahui Sebelum Memutuskan

Komentar

  1. Kemarin pasangan temen ku hasil rapidnya dari reaktif terus non reaktif dengan beda 1 hari moms. Sungguh aneh ya hasil rapid tuh membingungkan

    BalasHapus
  2. Ya mom memang rapid ga seakurat swab.. Tapi swab hrganya selangit juga yaaa...bingung jdnya huhu.. Jd gmn slanjutnya mom?

    BalasHapus
  3. Memang hasil rapid test kurang akurat. Tapi ada metode baru untuk tes Covid-19 selain rapid test dan swab, yaitu serologi. Kalau mau yakin sih ya minta swab test aja ke RS

    BalasHapus
  4. Rapid test ini bikin orang takut sih, takut kalo hasilnya positif, cuma mau ga mau sekarang ini harus biar tenang juga

    BalasHapus
  5. Ditengah pandemi gini pasti dsuruh rapid mom.. kmren teman ku cuman mau sunat anakny k RS dsuruh rapid orang tuanya juga..

    BalasHapus
  6. Inti'y mencegah lebih baik drpda mengobati. D kantor suami juga beberapa x rapid test massal. Sempat kta'y ada yg reaktif dan d rujuk swab, alhamdulillah negatif semua. Suami gak wfh soal'y, klo udh d rapid dan swab bgtu kan lebih tenang..

    BalasHapus
  7. Banyak juga kisah yg meragukan karena hasilnya ga akurat. Tapi terlepas dari semua itu tujuannya memang baik ya. Semoga saja kita semua sehat selalu. Aamiin...

    BalasHapus
  8. Rapid test susah susah gampang, apalagi buat percaya hasilnya, aku sampe sekarang belum rapid, tp pingin coba

    BalasHapus
  9. sebelum rawat inap memang baiknya sih kita rapid test biar lebih tenang di tengah kondisi pandemi ini biar lebih tenang dan bisa optimal mendapatkan perawatan.

    BalasHapus
  10. Rapid Tes tingkat keakuratannya memang rendah, tetapi setidaknya itu bisa membantu dalam cek apakah tertular atau tidak. Kalau pun ada dana lebih bisa langsung swab tes. Aaplagi sekarang banyak kasus otg, kita bisa tertular dari mana saja.

    BalasHapus
  11. lekas sembuh ya ka buat ade kecil , aku sih kurang tau banyak soalnya untuk rapid tes seperti tiu , tapi emgn berdsarkan info rapid emang kurang akurat hasilnya betul engga ya ,,

    BalasHapus
  12. Rapid test kadang bikin orang takut takutnya bukan apa apa jadi kek ragu soalnya pastinya mau kemana mana mana rapid dlu jadi kalau kita setiap afa kegiatan di luar kekgitu , suka takut kadang sama alatnya steril apa nggak gt kan macem2 org ya kk

    BalasHapus
  13. Kondisi pandemi gini setiap mau rawat inap pasti prosedurnya seperti itu ya, rapid tes dulu untuk kehati-hatian. Tapi sekarang banyak yang bilang kalau rapid kurang akurat, jadi bingung sendiri emang ya. Tapi apapun itu, lebih baik kita mengikuti prosedur rumah sakit ya mbak, biar lebih aman.

    BalasHapus
  14. Suami juga reaktif mbak pas rapid test karena demam juga, tapi Alhamdulillah pas swab negatif.

    Jadi bagaimana mbak keadaan putrinya sekarang? Semoga sudah sehat ya

    BalasHapus
  15. Dan ini sering terjadi ya. Tes buat rawat inap, negatif tapi kondisi poerlahan drop. Duhh serba salah nggak sih?
    Tapi ya tetap harus tes sebelum memutuskan rawat inap ya.

    BalasHapus
  16. Anakku dua duanya kemaren juga panas tinggi mom, untungnya enggak tinggi banget.

    Masih 37an
    Itupun aku udah khawatir banget, tapi Alhamdulillah 2 hari sembuh. Dengan kondisi naik turun di hari ke 3 baru pulih.

    Bener sih karena corona ini aku juga berusaha supaya gak masuk RS. Gak ada corona aja jaga di RS itu berat ditambah harus isolasi.. ya Allah... Entah gimana rasanya.


    Semoga cepat membaik anaknya ya mom

    BalasHapus
  17. Aku pernah rapid test, cukup was-was juga jika hasilnya reaktif maka harus swab.

    BalasHapus
  18. Memang gini sih. Temen kemarin reaktif rapid, pas swab negatif. Trus yang non reaktif malah swab positif hmm

    BalasHapus
  19. kalau aku sih gapap rapid test, asal jangan swab test, sakit eh ntar

    saudaraku yang rawat inap di RS juga rapid test

    BalasHapus
  20. ya ampun mbak, aku nggak bisa membayangkan kl di posisi mbak. duh, dede semoga segera sembuh dan membaik ya. kl menurutku pasien rawat jalan lebih baik di swab daripada cuma rapid test, kan memang rapid test blm tentu menandakan kl terinfeksi virus covid :(

    BalasHapus
  21. Owh ini suaminya ragu ya mba misalkan hasilnya negatif padahal ternyata bisa saja positif? Emang sih ya agak kurang akurat kalau hanya rapid test saja.

    BalasHapus
  22. Tes rapid seperti itu memang bikin down, jadinya sebisa mungkin jaga diri dan kalau nggak terpaksa banget jangan keluar

    BalasHapus
  23. Iya, rapid test memang bikin ragu. Tapi menurut saya kalau belum bisa melakukan swab, percayai tes cepat tersbut saja sebagai patokan.

    BalasHapus
  24. Alhamdulillah minggu lalu putra saya opname di RS di IGD RS gak diminta RT ataupun SWAB Test. Hanya saja ada perubahan layanan selama pandemi, salah satunya penunggu pasien hanya 1 orang

    BalasHapus
  25. Deg-degan juga baca artikelnya. Apalagi menghadapi si Kecil yg sakit. Sebelum swab katanya harus rapid test dulu ya Bun...Tapi nunggunya itu ya...takutnya si Kecil kenapa-kenapa karena terlambat penanganan dokter.

    BalasHapus
  26. Penasaran dengan kelanjutan ceritanya, semoga sudah sehat bayinya ya
    Kalau suami saya rapid test per dua minggu (hari Sabtu) wajib di kantornya. Jadi datang ke kantor, drive thru, hanya dari dalam mobil terus jalan, 15 menit kemudian ada hasilnya. Jika reaktif ada pemeriksaan tindak lanjut...

    BalasHapus
  27. Selama corona saya berusaha enggak sakit supaya enggak perlu ke rumah sakit. Era pandemi harus ekstra hati-hati.

    BalasHapus
  28. Aku belum coba rapid test. Selama ini masih coba herbal dan jaga stamina. Sejujurnya pasti deg-degan sekali. Tapi salut deh sama mba dan orang-orang yang siap resikonya.

    BalasHapus
  29. Memang sudah semakin banyak ya yang meragukan rapid test ini. Tapi biar gimana pun, harus tetap dilaksanakan juga jika keadaannya sangat mendesak. Biar segera dilakukan perawatan ya, biar pasien tidak sakit berlama-lama.
    Moga hasil anaknya negatif ya Mbak. Udah sehat kan sekarang?

    BalasHapus

Posting Komentar

Silakan berkomentar dengan baik dan bijak. Terima kasih sudah mampir dan meninggalkan jejak 🤗