Memiliki anak sesungguhnya merupakan karunia besar dari Tuhan. Kita harus
mensyukuri itu sebagai rizki yang tidak semua orang miliki. Namun tidak
menjadikannya keberkahan, apabila tak diiringi dengan pemahaman yang benar, bagaimana cara seharusnya kita mensyukuri karunia tersebut.
Seiring dengan itu, menjadi orang tua bukan hal mudah untuk dijalani. Sebab orang tua bukan sekadar perubahan status. Melainkan juga penambahan beban
tanggung jawab. Bagi seorang ayah, artinya bertanggung jawab pula terhadap
kecukupan anak selain dari kecukupan atas istri. Bagi seorang ibu, artinya
bertanggung jawab mengurus suami, mengurus anak dan mendidiknya pula.
Mengurus dan mendidik anak sebenarnya merupakan tugas kedua orang tua, karena anak tidak hanya belajar dan berinteraksi dengan ayah atau ibunya saja, melainkan dengan keduanya. Namun karena intensitas interaksi dan kebersamaan seorang ibu bersama anak di rumah biasanya lebih banyak dan lebih lama, maka peran ibu lebih dominan terhadap perkembangan dan prilaku anak.
Sebagai generasi penerus, tentu seorang ibu mengharapkan mampu mendidik
anak menjadi pribadi yang bertanggung jawab, percaya diri, berinisiatif, pintar,
kritis dan bertoleransi. Sebab kelak anak akan tumbuh besar dan harus mampu
menjadi pemimpin yang baik, bagi dirinya sendiri, keluarga, orang lain dan
bahkan bagi bangsa dan negara.
Membuat persiapan dan rencana-rencana yang matang untuk menjadikan anak
pemimpin yang baik, sesungguhnya merupakan cara ibu mensyukuri karunia Tuhan
atas diberikannya rizki keturunan. Lalu bagaiman persiapan yang tepat bagi
seorang ibu dalam menanamkan jiwa kepemimpinan pada anak?
Persiapan yang paling baik adalah dengan memiliki jiwa kepemimpinan itu
dalam diri seorang ibu (baca : pendidik). Sebab, sebelum kita mengajarkan dan menanamkan
sifat dan nilai kepemimpinan tersebut pada diri anak, Ibu wajib memiliki dan
memahami sepenuhnya sifat dan nilai kepemimpinan tersebut lebih dulu. Ibarat
air dalam teko, jika teko kosong, lalu apa yang akan di tuang ke gelas?
Selain itu, satu hal yang harus
ditanamkan sebagai persiapan mencetak calon pemimpin yang baik adalah dengan
membiasakan berlaku lemah lembut kepada anak. Menasihati dengan baik, tanpa
berkata kasar atau membentak, dan tanpa memukul. Hal yang tidak mudah untuk
dilakukan, membutuhkan kesabaran tinggi, pembiasaan dan kesadaran diri seorang
ibu.
Kemudian langkah-langkah yang harus dijalankan oleh seorang ibu, sebagai
bagian dari rencana untuk membentuk anak menjadi calon pemimpin yang baik
adalah dengan menanamkan beberapa sifat dan nilai kepemimpinan berikut :
Bertanggung jawab.
Untuk menanamkan nilai bertanggung jawab, ibu bisa membiasakan anak
merapikan kembali mainannya setelah Ia selesai bermain. Juga mengajarkan pada
anak untuk berani mengakui, meminta maaf dan memperbaiki kesalahan yang Ia
perbuat, baik kesalahan pada orang tua, adik-kakak, maupun dengan temannya.
Kepercayaan diri. Ibu
perlu menumbuhkan rasa percaya diri kepada anak. Karena dengan percaya diri,
anak akan berani menunjukkan bakat yang Ia miliki. Ibu bisa membiasakan memberi
penghargaan terhadap prestasi yang anak
peroleh, misalnya dengan memberi pujian atau hadiah. Hal lain yang perlu
dilakukan adalah mengatasi ketakutan-ketakutan anak dengan senantiasa
memotivasinya. Selain itu biasakan untuk mengkritik anak dengan cara yang baik
dan benar, yakni menasehatinya dengan lemah lembut.
Inisiatif.
Menjadi anak inisiatif artinya menjadi anak yang selalu berfikir cepat dan
memiliki ide-ide unik dalam kesehariannya, baik saat di rumah maupun saat
bermain di luar bersama teman-temannya. Nilai inisiatif ini dapat ditanamkan
dengan memberikan kesempatan pada anak untuk melakukan hal-hal baru walau pun
pada akhirnya ibu direpotkan untuk merapikan atau membersihkan rumah akibat
eksperimennya. Latih dan biasakan Ia melakukan pekerjaan ringan sehari-hari,
misalnya membiasakan mereka berpakaian sendiri, makan sendiri, atau sikat gigi
sebelum tidur.
Pintar.
Nilai ini berkaitan erat dengan IQ (Inteligen Question), maka jangan abaikan
faktor-faktor yang mempengaruhi IQ. Misalnya asupan makanan dan gizi anak.
Berikan ASI sampai anak berusia 2 tahun, memasak makanan sehat dan bergizi,
juga membiasakan anak sarapan pagi. Selain itu, berikan anak pendidikan formal
atau non formal sesuai dengan kemampuan, minat dan usianya. Bisa juga mengajak
anak melakukan permainan asah otak seperti permainan catur dan sudoku.
Kritis.
Bimbing anak untuk belajar dari pengamatan. Biarkan Ia mengamati lingkungannya,
pancing Ia untuk berfikir, mengkritisi maupun bertanya tentang pengamatannya
tersebut. Berikan jawaban dan penjelasan yang logis. Ibu juga bisa mengajak
anak melakukan latihan atau permainan melengkapi cerita. Dengan melengkapi
cerita, anak di ajak berimajinasi dan melatih anak berfikir kritis.
Toleransi.
Hal pertama yang harus ibu lakukan agar anak memiliki rasa toleransi adalah ibu
mampu menunjukkan caranya menghargai orang lain dalam kehidupan dan interkasi
sehari-hari (Contohnya dengan tetangga). Ibu bisa mendorong anak berteman dan
berinteraksi dengan anak-anak dari latar belakang yang berbeda. Dengan
begitu anak akan paham bahwa perbedaan
itu memerlukan rasa toleransi dan saling menghargai.
Pada intinya, mendidik anak berkepribadian baik guna mempersiapkan mereka
menjadi calon pemimpin masa depan, sebagai ibu, yakni sebagai pendidik utama,
harus memahami dan memiliki sifat dan nilai kepemimpinan tersebut dalam dirinya
dan mampu merealisasikan di kehidupan sehari-hari. Karena anak belajar dari apa
yang sering di lihat dan didengarnya.
Tulisan ini diikutkan dalam #LombaBlogNUB
*Tulisan ini telah diedit kepenulisannya pada 30 April 2020.
Komentar
Posting Komentar
Silakan berkomentar dengan baik dan bijak. Terima kasih sudah mampir dan meninggalkan jejak 🤗